Contoh Puisi Hari Pahlawan Singkat, Menyentuh Hati

Hari Pahlawan menjadi salah satu momen yang paling syahdu untuk mengenang kembali jasa pahlawan Bangsa. Buat kalian yang sedang mencari puisi untuk tampil di pentas seni, mencari referensi, atau hanya sekadar menikmati syair, Puisi Online coba untuk berbagi ke kamu beberapa puisi singkat dengan tema hari pahlawan yang cukup menyentuh hatimu. 

Langsung saja ya, Sobat. Selamat menikmati. 


Doa Seorang Serdadu Sebelum Berperang

Karya: W.S. Rendra


Tuhanku, 

WajahMu membayang di kota terbakar dan firmanMu 

terguris di atas ribuan 

kuburan yang dangkal 

Anak menangis kehilangan bapa 

Tanah sepi kehilangan lelakinya 

Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini 

tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia 

Apabila malam turun nanti 

sempurnalah sudah warna dosa 

dan mesiu kembali lagi bicara 


Waktu itu, Tuhanku, 

perkenankan aku membunuh 

perkenankan aku menusukkan sangkurku 

Malam dan wajahku 

adalah satu warna 

Dosa dan nafasku adalah satu udara 


Tak ada lagi pilihan 

kecuali menyadari 

-biarpun bersama penyesalan- 

Apa yang bisa diucapkan 

oleh bibirku yang terjajah? 

Sementara kulihat kedua lenganMu yang capai 

mendekap bumi yang mengkhianatiMu 


Tuhanku, 

Erat-erat kugenggam senapanku 

Perkenankan aku membunuh 

Perkenankan aku menusukkan sangkurku 


(1960)


______________


Grilya

Karya: W.S. Rendra


Tubuh biru 

Tatapan mata biru 

Lelaki berguling di jalan 


Angin tergantung 

Terkecap pahitnya tembakau 

Bendungan keluh dan bencana 


Tubuh biru 

Tatapan mata biru 

Lelaki berguling di jalan 


Dengan tujuh lubang pelor 

Diketuk gerbang langit 

Dan menyala mentari muda 

Melepas kesumatnya 


Gadis berjalan di subuh merah 

Dengan sayur-mayur di punggung 

Melihatnya pertama 


Ia beri jeritan manis 

Dan duka daun wortel 


Tubuh biru 

Tatapan mata biru 

Lelaki berguling di jalan 


Orang-orang kampung mengenalnya 

Anak janda berambut ombak 

Ditimba air bergantang-gantang 

Disiram atas tubuhnya 


Tubuh biru tatapan mata biru 

Lelaki berguling di jalan 


Lewat gardu 

Belanda dengan berani 

Berlindung warna malam 

Sendiri masuk kota 

Ingin ikut ngubur ibunya



____________


Karawang-Bekasi

Karya: Chairil Anwar


Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi 

Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi 

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami 

Terbayang kami maju dan berdegap hati? 


Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi 

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak 

Kami mati muda 

Yang tinggal tulang diliputi debu 


Kenang, kenanglah kami 

Kami sudah coba apa yang kami bisa 

Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa 

Kami sudah beri kami punya jiwa 

Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa 


Kami cuma tulang-tulang berserakan 

Tapi adalah kepunyaanmu 

Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan 


Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan 

Atau tidak untuk apa-apa 

Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata 

Kaulah sekarang yang berkata 

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi 

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak 


Kenang, kenanglah kami 

Menjaga Bung Karno 

Menjaga Bung Hatta 

Menjaga Bung Sjahrir 

Kami sekarang mayat 

Berilah kami arti 


Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian 

Kenang-kenanglah kami 

Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu 

Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi 


(1948) 

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.